'...sesuatu yang menjadi lumrah bagi kehidupan kota; remang petang tidak bererti hari semakin sunyi, seperti resmi di desa yang akur pada fitrah insani..siang untuk bekerja malam untuk merawat lelah dan penat berusaha. Tetapi tidak di sini, di persisiran sungai yang merentas hutan batu itu, pada pertemuan sungai di pinggiran bangunan PWTC,lembah yang kadangkala melimpah bila ruah hujan tak mampu lagi dibendung tanah yang tidak lagi merekah..mana mungkin limpahan hujan itu terserap ke fitrahnya...sedangkan ia diliputi tar2 pekat..tanda akur pada kemodenan pesat..(membangun?).
Kanopi berwarna warni menghiasi latar 3 meter tinggi dari tanah..detingan laga kuali dan sudip serta asap-asap yang mengasak mewarnai dunia dan deria..di atas, langit mula bersilih warna dan rupa...tanda malam mula menjengah..manusia di bawah pula masih jerih menggalas payah..ada yang masih mengisi ruang-ruang kotak bangunan metro; masih terangguk mendengar amanat ketua, masih tertunduk-tunduk menulis catatan dan nota..masih di situ ratib di depan skrin komputer..dan di sudut luar kotak-kotak batu, ada yang duduk di kerusi-kerusi plastik di balik kanopi warna warni..sementa sibuk urusan kerja; dapur di rumah juga beralih ke sana (rimbunan kanopi..?)...odesaje..
Fikir2kan betapa dunia dan waktu cepat berlalu untuk apa dunia yang saban hari pada rutinnya?berbaloikah kekayaan dan kejayaan andai tujuan sebenar kekhalifahan tidak diinsafi..bila lihat langit yang berubah warna, burung yang kembali ke sarang (masih ada ruang juga untuk sang unggas di hutan batu ini)..sedar2 esok rutin ini akan kembali..dan usia juga makin menginjak..adakah bekal untuk dunia yang kekal; bertambah atau berkurang..seiring nafas yang semakin bersisa?..masya Allah!..'
20/07/2007
* catatan ini dipetik dari jurnal harian, ketika peristiwa di atas..aku dan kawan2 opis sedang minum di ambang senja..menunggu waktu untuk satu mesyuarat yang tak berapa redha nak pergi..
No comments:
Post a Comment